Minggu, 12 September 2010

Perjalan pita Sang REGAL


Nama saya adalah Ainurrahman atau seri di panggil REGAL JAL-JOL. Saya di lahirkan di pulau asri yaitu pulau Kangean tepatnya pada tanggal 7 Mei 1986. Ayah Ibu saya tentu berperan besar dalam perkembangan diri saya saat saya masih kanak-kanak terutama membantu untuk mengembangkan imajinasi saya.

Masa kanak-kanak saya dilewatkan dengan irama kesepian. Sehingga saya menjadi bahan ejekan teman-teman di sekolah karena saya selalu kelihatan paling aneh dan dan tampil minus mungkin karena fisik saya  yang lemah dan penampilan saya yang jorok. Sekitar tahun 2006, saat berusia 20 tahun, saya melanjutkan study saya di IKIP PGRI Jember yang ada di pulau Kangean yang notabene katanya sih kelas terpisah, khususnya pada tahun pertama kuliah, saya menikmati eksplorasi berbagai hal tapi saya kurang suka membaca. Saya bahagia dan sangat menikmati kehidupan kampus, menyukai film, dan diskusi. Saya menjadi populer untuk area kampus saya, mungkin itu semua karena ke unikan saya dan ketransparanan saya meskipun orang-orang kurang menyukainya karena pemikirannya yang terkadang kejam.

Pada tahun  2009 saya memutuskan kuliah saya lantaran biaya kuliah yang cukup besar sehingga sayapun tidak mampu untuk memenuhinya, ahirnya saya beralih dan lebih senang menelusuri jalan-jalan dan ngobrol bersama orang-orang yang saya temui di jalanan. justru saya kurang senang berkumpul dengan sejumlah kerabat saya apa lagi yang masih terbilang muda dan tapi bagi mereka saya adalah figur menyenangkan yang kunjungan-kunjungan saya sangat mereka nantikan.

Saya juga seneng sama aktivitas kesenian apalagi yang namanya TEATER wah aku jago banget tu, dengan beberapa kali menjadi sutradara pementasan di bulan Agustus, dan aku juga menjadi guru teater di MAN Al-hidayah dengan beberapa kali melakukan pementasan kolosan, parodi, dan monolog.

Walaupun sering terlihat di teater, untuk selingan saya sering menyendiri di kamarnya dan menghabiskan waktu untuk melanjutkan tulisan-tulisan saya sampai larut malam. Antara tahun 2002 sampai sekarang saya menghasilkan sejumlah karya menarik dengan nama samaran REGAL JAL-JOL, meskipun pada saat yang sama saya juga menulis beberapa bagian dari karya besar saya ada sebagian yang di bukukukan ada yang tidak.

Dan sekarang saya di percaya menjadi ketua devisi seni dan olahraga di organisasi KMKI (Kesatuan Mahasiswa Kangean se-Indonesia)


Selasa, 20 Juli 2010

SUNYI MALAM

Kau memanggilku untukku berjumpa

Kau lantunkan kalimat untuk aku berhenti

Di setiap lembaran huruf kau gantung

Sejuta perintah


Kau serukan kata agung

Asma sejuta impian

Memendam rasa yang terselimut


Kau buka tirai waktu

Hentakkan aku dalam lamunan

Meminta aku berdiri

Untuk sesuatu yang diridhoi

Memangku harkat ditulisan arab


By: Regal jal-jol

DUA ANAK KECIL

Dua anak kecil menabur senyum

Merampas waktu yang kelam

Menghunus masa yang terhujam

Membuka mata yang terpejam


Agar ia tak menjadi melamun

Dua anak kecil kini meratap

Di tengah waktu yang mulai penat

Mengubah mantra agar kiamat

Semoga ia menjadi malaikat


Dua anak kecil kini tertawa

Memandu bumi untuk meraba

Seharga kaldu di pasar rimba

Yang ingin untuk merdeka

Dari jasad hingga jiwa


Dua anak kecil tadi berlari

Mengejar semut yang telah mati

Membawa pedang agar dicaci

Hingga batas waktu yang dicari

Biar ia tak menyesali


Dua anak kecil memandang bulan

Sambil mata setengah terpejam

Membiarkan hidung menghirup wewangian

Yang dimerdekakan dalam perjalanan


Dua anak kecil menggantung baju

Yang ia kenakan musim lalu

Dari peniti hingga ke paku

Memasangkan tapi agar tak malu

Yang biasanya datang jemu

Yang biasanya menjadi kaku

Untuk bisa melepas rindu

Sampai bintang berjumlah seribu

Tak kan ada yang tersipu

Selagi langit masih mengadu

Untuk dua anak kecilku


By: Regal jal-jol

AWAL KU DI AHIR BULAN


Sayup pilu setengah hujan

Mengawali tiga percik sinaran bulan

Yang mengalir melalui lidah serapah

Seminggu sekali ku menangis

Di akhir tahun di awal kegelapan


Manusia tak merasa berakhir

Hamba menjadi buta

Di ahiri sebelas burung

Yang menggantung disatu dahan

Ditawarkan ikut getaran dawal

Yang bersembunyi tiap detik

Mengulang sajak untuk di petik

Sebisa mungkin agar tertarik


Pada harkat yang dilantik

Di tiga tempat suara sepi

Yang hening akan sejuk

Yang binar akan cahaya


Sepasang bunga dirakit merdu

Di tiga gerhana lalu

Di rubah menjadi mantra

70 Gulungan serdadu buta

Di tawan dari luka mahal

Di Bayar tiap keping ke depan rumah

Saat saja di lingkarannya

Bertemu hari di awal bulan

By: Regal jal-jol

SUARA LANGIT

Di beranda rumahku

Aku duduk sambil melihat sambil tertawa

Sambil tersenyum tapi tidak menangis

Jangan harapkan aku menangis


Meski terlanjur di tengah kritis

Sapa saja suaraku

Jangan ditangkap ataupun dipenjara

Biar angin tak mengadu


Mati saja di ketinggian malam

Jangan tunggu hausku

Kini semua menari setengah mati

Tak bersuara lagi bukan sepi

Santun satu dua yang harus


Tika mati di telan awan

Dijahit dengan rudal

Ditempel dengan ingus

Hingga aku terbangun

Lewat mimpi dua menara

Lewat hayal yang merdeka

Untukku saja yang menakjub


By: Regal jal-jol

PARFUM DI TENGAH HARI

Aku tarik pada satu nafas

Yang terhembus hanya berbekal mati

Ketika malam tak bisa hadir

Ketika rindu tak bisa datang

Walau ia hanya sesaat

Datang untuk kembali

Bersama satu saja diangkasa


Jagan dua biar tiga sekalian

Aku tak mungkin mati

Jemputku ada disini

Sendiri ataupun berdua

Biarkan aku ada

Dengan wajah yang itu

Bukan ini dan yang ini


By: Regal jal-jol

RIMBA DEWATA

Raung harimau memukau langit

Sinarmu setengah taring

Terusap makna lewat daun dan akar

Menjalani aliran sungai

Digunung agung pulau dewata

Mungkin manusia lewat serdadu

Setia sejati berkelibatan

Sesuatu mungkin pujian

Sesuatu mungkin salah satu

Satupun bukan masing-masing

Kenapa tak ada

Atau harus tak ada


By: Regal jal-jol

HENING

Suram malam petaka

Tak jemput untuk dia

Menara menabur bunga

Yang sepi untuk sendiri


Sauh lemparkan ia

Didasar samudera terminal

Menanti jangkrik untuk diam

Membalas dendam usung rindu


Sekedar tersenyum tidak melamun

Sepi saat sendiri

Musnah untuk dibekali

Setiap langkah terayun mati


Dendang seribu dendang

Mengawali dendang rebana

Yang kaku menguji waktu

Yang jemu menghapus kalbu


Menghafal hanya sehuruf

Di eja tiap kata

Mulailah pada huruf mati

Yang terhirup hanya luka


Suara itu tak menjanjikan

Hanya ikut telunjuk ani

Bukan yanto ataupun jibril

Terusung suasana yang merajut

Didua tempat sekaligus


By: Regal jal-jol

KENAPA ADA

Mengapa dan dimana saja

Harus seperti apa dulu

Biar waktu bisa bicara

Apa mungkin membuka baju

Yang seharusya tidak

Menjadikan malah ia

Tak mengerti maksudnya

Kenapa ada


By: Regal jal-jol

Minggu, 18 Juli 2010

KATA TERAHIR

Semusim cakrawala mengusung rindu

Jangan sepi apalagi mati

Jangan takut ataupun kaget

Jangan bertanya itu siapa

Apa ada untuk si dia


Sebelas bintang mengangis

Temanilah agar ia tak lengah

Lihatlah agar ia tak terisap

Dekatlah agar ia bisa meratap

Sambutlah tapi tidak untuk merebut


Tiga cicak dilangit berduri

Biarkan diam agar tidak tenggelam

Yang mati mungkin tak rela

Yang hidup bakal menuntut

Separuh harga untuk yang miskin

Setingkat tanda mereka mengangkat

Tapi jangan jemu

Tapi jangan kamu


Pasangkan selendang saat ada panggilan

Tepat diantara bebatun tak laku

Tancapkan bendera didasar pemikiran

Satu huruf tidak secarik kain usang

Satu pita biarkan satu barang


Buka pintu digerbang depan

Melangkah maju mundur

Itu mesti ditinggalkan

Tak satupun malaikat kecil bersorban

Angin akan ributan


By: Regal jal-jol

SIAPA YANG TAHU

siapa yang tahu
langit terbagi menjadi berapa
siapa menjawab langit ada bagiannya
jangan bilang langit berbagi

siapa yang tahu
mengapa warna putih
siapa menjawab putih itu suci yang bersih
jangan bilang putih bisa damai

siapa yang tahu
kenapa laut luas
siapa menjawab laut banyak ikan
jangan bilang laut tak tawar

siapa yang tahu
gelap itu pekat
siapa menjawab pekat itu gelap
jangan bilang gelap menyeramkan

siapa yang tahu
kenapa nafasku tersendat
siapa menjawab aku asma
atau bahkan aku sekarat
jangan bilang aku lemah

siapa yang tahu
kenapa ada satu
siapa menjawab satu itu sepi
jangan bilang satu tak tentu

siapa yang tahu kenapa kau hidup
jangan bilang karna kau tak mati
siapa tahu besok kau sepi


By : Regal jal-jol

MUNGKIN MEREKA HANGUS

ketika mereka berjejer ucapkan sumpah serapah
sumpah yang tak pernah ada
sumpah yang semestinya di sumpahi
sumpah yang tak pernah menjadi kebijakan
semua terdiam dengan gagu
seolah mereka ucapkan dengan sombongnya
beserta kebodohan yang mereka tawarkan pada
segenap penjuru

tak terkirakan jutaan korban yang harus menangis
tak terkirakan jutaan jiwa yang harus menderita
tapi masih saja mereka dengan kesenangan

hati mengucapkan “aku akan berbakti “
untuk menjadi budak diri sendiri
untuk memenangi perang di balik selimut
untuk menunjukkan siapa yang lebih licik
itulah ikrar mereka


By : regal jal-jol

MUNGKIN MEREKA HANGUS

ketika mereka berjejer ucapkan sumpah serapah
sumpah yang tak pernah ada
sumpah yang semestinya di sumpahi
sumpah yang tak pernah menjadi kebijakan
semua terdiam dengan gagu
seolah mereka ucapkan dengan sombongnya
beserta kebodohan yang mereka tawarkan pada
segenap penjuru

tak terkirakan jutaan korban yang harus menangis
tak terkirakan jutaan jiwa yang harus menderita
tapi masih saja mereka dengan kesenangan

hati mengucapkan “aku akan berbakti “
untuk menjadi budak diri sendiri
untuk memenangi perang di balik selimut
untuk menunjukkan siapa yang lebih licik
itulah ikrar mereka


By : regal jal-jol

SAJAK UNTUK KEKASIH

mungkin saja aku kaku
atau mungkin aku malu
saat aku mulai tau
yang penting adalah satu
diantara lembayu rayu
menapaki rasa ragu
hatipun mulai menderu

kibas-kibas senja
menantang murka
diantara surga
dan neraka
mengusung asa
pada hati yang binasa

murkanya hanya sekali
menyiasati ruang hati
yang kini mulai mati
terkapar sepi
mengiangi hari-hari
yang kian tanpa henti

By : Regal jal-jol

JANGAN KATAKAN MEREKA

Jemu aku melihat tingkah mereka yang tak sehat
Maka
Jangan katakan mereka berpangkat
Tapi katakan mereka keparat
Jangan katakan mereka malaikat
Tapi ucapkan mereka penghianat
Jangan katakan mereka membela rakyat
Tapi katakan mereka bodohi rakyat
Sudah tiba waktunya untuk kita katakan
mereka anjing-anjing penjilat

Rugi aku membela mereka di atas kertas bersahaja
Maka
Jangan katakan mereka berkorban untuk kita
Tapi katakan mereka mencuri hak kita
Jangan katakan mereka melindungi kita
Tapi katakan mereka membantai kita
Jangan katakan mereka bisa di percaya
Tapi katakan mereka pendusta
Kata-kata mereka yang durjana

Rugi aku melihat mereka atas nama bangsa
Maka
Jangan sangka mereka berbangsa
Melainkan maling berbaju baja
Jangan katakan mereka bisa
Anjingpun mereka perkosa
Jangan katakan mereka perkasa
Kalau hanya sebatas kemaluannya saja

Menyesal aku angkat jidad
Maka
Jangan katakan mereka penguasa terhormat
Tapi katakan mereka buaya biadab
Jangan katakan mereka berbakat
Tapi katakan mereka penjahat kelas kakap
Jangan katakan mereka mengayomi masyarakat
Tapi katakan mereka menindas rakyat
Melalui birokrat-birokrat bangsat

Bosan aku melihat mereka yang bagaikan anjing jalanan
Maka
Jangan sangka mereka ikut kelaparan di jalanan
Tapi buktikan mereka lapar akan pelacur-pelacur murahan
Jangan katakan mereka berjuang untuk kebangsaan
Tapi lihat dikursi empuk mereka enak-enakan
Jangan katakan mereka menjaga dan melestarikan hutan
Tapi lihat mereka mengekspor hasil hutan
Ilegal loging mereka galakkan

Untung bila kita ada yang membela
Maka
Jangan katakan kita punya pemerintah
Tapi yang ada hanyalah sampah-sampah serakah
Jangan melulu kalian pasrah
Tapi katakan mereka salah
Jangan katakan hukum yang ada ini sah
Tapi bantah karena hukum disini berat sebelah
Hanya bisa di tukar dengan nilai-nilai rupiah

Lelah aku hidup di Negara yang bergabung dengan neraka
Maka
jangan salahkan bila aku angkat bicara
Akan aku umumkan kalau mereka penghianat bangsa
Jangan salahkan bila aku berkarya
Karna ini tentang bangsa


Jangan salah kan bila aku membuat berita
Tentang kebrengsekan mereka
Tentang kebiadaban mereka
Yang bersembunyi dibalik kerakusan
dan kebodohan mereka

jangan katakan itu MUSREMBANG
tapi katakan itu MUSRENDANG
musyawarah rencana dapat uang
Aku ingin mereka tersinggung
Aku ingin mereka naik ke atas panggung
Untuk bersuara bahwa kita bukan patung
Bahwa kita di bikin bingung
Oleh mereka si anjing busung

By : Regal jal-jol

KEBIJAKAN DI NEGERI DONGENG

Disini aku mengurut malam
Menantang para halilintar datang menyambar
Menantang mereka yang mengeluarkan taring kerakusan
Ketika imflasi melambung tinggi
Ketika krisis moral mendarah daging
Para koruptur di negri dongeng

Disini aku menjelajahi lorong kemunafikan
Para pejabat negri pertiwi
Singgah tanpa rasa belas kasih
Para diktator yang kolot
Lepas
Mereka kirim kertas palsu
Menghancurkan perekonomian rakyat
Membumi hanguskan karakter si penabur budi

Kembali aku berkata bersama mereka para penjilat
Anjing-anijng kantor yang hipersex
Poli tikus-tikus kantor yang terkutuk
Kuharap negriku kembali cerah
Secerah hati manusia pinggiran
Yang menopang hidup dengan kebijakan halilintar
Di penghujung musim

Katakan kepada kami
Wahai manusia berpangkat
Katakan tentang imflasi kemaren pagi
Katakan bahwa kau siap membenahi kebodohanmu
Katakan bahwa kau tak di perbudak oleh rupiah
Katakan pula tentang semua kerakusanmu

Jika waktu telah tiba
Biarkan semut merah memasungmu
Di gantungan baju kebesaran kalian
Sehingga musnahlah kebijakan di negri dongeng


Oleh : Rgal Jal-Jol

AKU BERKATA

Aku berkata tidak hanya di mulut saja
Tapi dari hati untuk hati-hati
Yang memiliki hati nurani
Yang tak punya hati belas kasih

Jujur aku berkata
Dari bongkahan gunung-gunung sana
Yang mengeluarkan lahar-lahar panas
Lantaran kerakusan manusia

Biarkan aku berkata
Tentang sesuatu yang teramat nista
Tentang penjara buat penghuni kemerdekaan
Yang kemerdekaan tak bisa di percaya
Kemerdekaan yang tak merata

Aku berkata untuk semua yang terhina
Tumbangkan cemara-cemara yang tak berseruling
Tumbuhkan akar-akar manusia sepertiku
Biarkan kebebasan hak-hak manusia
Yang seringkali dibikin tak berdaya

By : Regal jal-jol

SEJARAH EGOIS

Sayup-sayup terdengar
Sebilah jurus diatas rel-rel terjepit
Mengusap kening para penyamun berhati sempit
Di biara para biksu berpenyakit

Lemah lembut serasa merasup
Bagai bidadari yang basah kuyup
Mengekang kata lewat mulut
Tak tersebar kebelakang lutut

Menetes bergemericik
Mengupas kepintaran para kaum licik
Lewat satu nafas yang tak tertarik
Kemudian semua menukik

Sedu-sedan para cicak melahap nyamuk
Di gerbang amarah yang mengamuk
Sebekas air suci tak berbentuk
Bagai pusara di atas perut

Sepoi-sepoi segurat kemerdekaan
Dari jiwa kaum telanjang
Yang menulis lima rekaan
Bersandarkan kalimat piaraan
Dari tandus bebatuan kemarau

By : Regal jal-jol

INIKAH JAWABANNYA


setelah aku merasa
setelah aku mendengar
setelah aku melihat
setelah aku meraba
dan setelah aku menangis

keangkuhan jiwa mulai terlihat
semangat mulai mengendor
tapi tak mampu menggedor
tapi tak mampu menjebol

sesaat aku menjerit
mungkin genit
ataupun sengit pertengkaran hati
melalui petualangan sejengkal harapan
yang semakin mulai meratapi

selalu aku berkhotbah kunjungi kedamaian
terkadang aku mengemis secuil hasil
sejalan aku meratap memuja
berbagai harapan coba luncurkan

dengan mungkin semangat juga mungkin adanya
aku mencoba berlari temui gurun gersang
ter umbar harta yang tumbang di belahan dunia
inikah jawaban yang harus aku temui
diantara fajar dan senja berbusa


By: Regal jal-jol

BARISAN KESATRIA BEKISAR

Bersatulah kesatria bekisar

Melepas pandangan ladang langit

Mengusung harapan sebesar rahmat kuasa

Saat itu akan tumbuh imajinasi sang pengembara

Usapan semut di barisan depan


Bersatulah kesatria bekisar

Dunia kini bicara panjang lebar tentang kalian

Tentang kekuasaan para kaum murtad

Tentang perjuangan yang di nafikan

Seiring deburan api neraka


Tercipta menyelami amarah dan fikiran

Terbelenggu oleh dahsyatnya kemunafikan

Moralitas kebangasan tidak lagi menjadi acuan

Norma-norma hukum memandang kagum

Gerak mereka yang terbalut topeng-topeng kerakusan

Tak akan lagi bicara aturan parlement

Aturan-aturan para penghianat

Bebas menghampiri para pecundang


Bersatulah kesatria bekisar

Untuk kita lahirkan perubahan

Di kandungan perut pertiwi

Untuk menjadi perwira tinggi

Di antara rahim-rahim Indonesia

Utuk kita membuka gerbang langit

Menutup jalan derasanya ambisi para intelek primitive


Sebuah panggilan membuka mata batin

Memapah langkah membelah samudera perjuangan

Di garda depan aku temukan

Bendera kebesaran jiwa

Di pandu kicauan-kicuan bekisar

Dari berbagai warna para malaikat


Satu persatu mulai hinggap

Membelah teriakan para serdadu

Bersatulah kesatria bekisar

Di atas debur ombak

Di bawa ke planet paling raksasa

Di pertanggug jawabkan 12 sudut

Mengurung 8 penjuru mata angin

Untuk peperangan yang akan datang


Celoteh angin lalu

Bisikan-bisikan para kesatria

Para reformis laut biru

Angkat jidad lihatlah langit mulai

Membungkam


By : Regal jal-jol

Jumat, 16 Juli 2010

GODRI

godri ali godri minggok sari
liwa lawa tellu minten sokon
si goddek ma’ si godde jadi kodok
kodok dangku enak dangku sedang
dangku ria rio
jadi kodok

By : Kangean

JUJUMPOK

jujumpok-jujumpok
ghebbir ghettak ogem
kaninnian kata’ iyong
jareggak jaregghem
seda sedo
makna bhusa kekkek embhi’
kalema mella’ ngeddhem


By : Kangean

SAMPAI DIAMANA

Senyummu di sebilah pedang

Yang terhunus dari tatapan dan

Percikan bulu mata serta

Aliran air mata


Kapan di semai duka lidah

Tak jangan sampai di sebar

Ala cinta sang pujangga sepi

Di semilir suara kalbu

Di semarak teriakan maut

Tak berjumpa di sekalian tempat


By: regal jal-jol

SINGGASANA TAK BERATAP

Mungkin kelu diantara dua bayangan

Mungkin jemu meramai rasa damai

Ditengah hujan tak berpayung

Ditengah rindu tak pernah bertandang

Walau sendiri dipenantian menghujam


By: Regal jal-jol

DARI MANA

Darimana kau berkata

Dari langit kemana lagi

Dari rindu tiada lagi

Dari suri mungkin mati


Darimana kau menghunus

Dari cinta sebatas pena

Mengusir lelah agar tiada

Mengusir penat biar bermakna


Darimana engkau kemana

Sehati mungkin

Sehati sajalah

Biar tak bercanda ataupun tertawa

Selangkah sajalah

Biar tak capek di usir jejak


Darimana engkau menangis

Melebur musang hingga kemarau

Seharusnya hujan dirindu sebelah

Yang kau tanyakan dilubang semut

Untuk menanyakan kemana sihilang

Kapan kembali si ada

Untuk Cuma itu

Bukan yang lain dari

Ketiadaan


By: Regal jal-jol

MAINAN MALAM

tua renta dalam bayangan
mengusik pena pada rindu
tak terbias pada makna
atau ku biarkan ini

tika saat pada hantu
tak datang jemput waktu
hanya terkadang bila aku
putih menantang pada jemu

tua renta pada tanggal yang palsu
mengusik hari tak terbilang
tak terbias malaikat rasa
atau ku biarkan ini

hanya aku tak rela diri
saat aku pasrah diri
mulai saat sepi
dari waktu hingga kini

tua renta mahligai itu
mengusik langkah mulai lapuk
tak terbias sedikitpun sinar
atau kubiarkan ini

biar semua ini. biar
agar aku tak jadi mekar
tak tertinggal pada binar
yang memaksa untuk ingkar

By: Regal jal-jol

SARAT AKAN MAKNA

sejak pemanis jujur
sejak lumrah bicara
harus menupang
kesejatian sementara
kalut sejenak
mengusap kening
di kediaman malaikat
yang harus mengusik

jangkrik dan lalat


By : Regal jal-jol

MUNGKIN

Mungkin berharap

Mungkin rebana

Mungkin suasana

Mungkin gendangnya

Mungkin merana

Mungkin gitarnya

Mungkin gempa

Mungkin suara


Atau saja jurusnya

Atau saja mantranya

Atau saja sayapnya

Atau saja pedangnya

Atau saja petirnya

Atau saja bajunya

Atau saja manusianya


Bisa jadi tua

Bisa jadi muda

Bisa jadi hela

Bisa jadi rupa

Bisa jadi dua

Bisa jadi lima

Bisa jadi ada


Tanpa harus memaksa

Tanpa harus ngelaba

Tanpa harus menyita

Tanpa harus bersila

Tanpa harus tertawa

Tanpa harus memuja

Tanpa harus meraba

Tanpa harus bicara


By: Regal jal-jol

KEAGUNGAN NAMA DALAM LEMBARAN

Telah kau ciptakan

1 lembaran seribu lembaran

Dari A sampai Z

Dari Alif sampai ya’

Terhitung dengan benar

Tersusun begitu rapi

Tertata begitu apik

Tiada lagi keraguan di dalamnya


Al-kitab

Membumbung paling tinggi

Satu nama mulai muncul

Masih ada nama yang lain

Pengagungan dari kata dan asmaMu


Al-furqan

Lagi-lagi kata pembeda

Yang memnbedakan perbedaan

Pada hakikatnya tidak pernah beda

Perbedaan yang sama

Untuk menyatukan kata kalimat

Dalam lembaranMu


Adz-dzikir

peringatanMu selalu memantau

dari huruf yang tersusun

dalam lembaran kebijakan aturanMu

untuk aku mengingat

bersandar menghapus keringat

dari hitamnya irama nafas hidup

yang melang-lang fragmentasi

aroma pelangi surga


huruf-huruf ajaib

serukan karisma ketuhanan

melalui pilihan-pilihan nama

untuk sang kesatria tuhan

guna kehidupan kekal

dari aturan sakral adanya

melalui nabi utusan

di nobatkannya kata indah

untuk manusia kita


By : Regal jal-jol

MALAM KALI PERTAMA


lewat gulungan tembakau

aku kepulkan asap hijau

sambil meneguk secangkir

minuman rasa anggur

aku berfikir dalam hati

sambil menggaruk betis sampai ke kaki


tidak lupa alat tulis di jari

mengisi lembaran-lembaran sepi

aku berfikir dalam hati

lewat gulungan tembakau itu

menuliskan kepulan asap hijau

mengisi lembaran-lembaran sepi


lewat gulungan tembakau

aku meng hadap ke timur

memikirkan betapa karyaku

mampu mengusung tandu para serdadu

yang gugur melampiaskan bejatnya nafsu


By : Regal jal-jol